Gimana saya bisa tahu tentang beasiswa Turki ?

Sejak pertama kali memasuki dunia perkuliahan pada tahun 2014, saya sudah menyimpan ketertarikan besar pada Turki. Perasaan itu semakin kuat ketika saya menghadiri sebuah seminar yang memutar video tentang Sultan Muhammad Al-Fatih. Betapa kagum rasanya melihat pemuda penuh visi dan keberanian ini mampu menaklukkan Konstantinopel di usia yang begitu muda! Sejak saat itu, impian untuk belajar di luar negeri, khususnya di Turki, mulai tumbuh di dalam hati. Namun, saat itu, keinginan tersebut hanya saya simpan sebagai impian besar. 

 Selama beberapa tahun berikutnya, saya menjalani kuliah seperti biasa – belajar dengan rajin, aktif berorganisasi, dan tetap fokus pada tugas-tugas kampus. Entah kenapa, semangat untuk belajar bahasa Inggris sempat terlupakan di tengah rutinitas ini. Namun, ternyata Tuhan punya rencana berbeda. 

Di tahun 2017, kami diwajibkan untuk menjalani Praktik Lapangan (PL) selama enam bulan di taman kanak-kanak (TK). Awalnya, saya berharap bisa mengajar di TK berbasis Islam, tetapi takdir berkata lain. TK yang saya inginkan ternyata penuh, dan akhirnya seorang teman, VJ, mengajak saya untuk PL di TK Montessori yang khusus diminta oleh kepala program studi kami. Di TK ini, bahasa Inggris adalah hal yang sangat dibutuhkan, sementara saya belum fasih sama sekali! Karena tidak ada biaya untuk kursus, saya pun mulai belajar secara mandiri. Sebagai tambahan motivasi, saya mencari teman praktik bahasa Inggris melalui aplikasi, dan di situlah takdir membawaku pada seorang teman baru… dari Turki! Rasanya tidak percaya! Kami sering berlatih bahasa Inggris bersama, dan dia bahkan sering mengirim foto-foto indah tempat-tempat bersejarah di Istanbul, menghidupkan kembali mimpi saya untuk bisa belajar di Turki suatu hari nanti.

 Di waktu yang sama, seorang senior bernama Bang IS, yang kini menjadi dosen, memberitahu saya tentang peluang beasiswa di Turki. Sejak akhir 2017, saya mulai mempelajari informasi beasiswa ini dengan lebih serius. Dalam perjalanan, saya juga mendapat pengalaman baru. Suatu ketika, di tengah libur PL, saya berkesempatan ikut BEM untuk study tour ke Jakarta. Betapa terpesonanya saya melihat gedung-gedung tinggi dan merasakan naik kapal untuk pertama kalinya. Perjalanan ini membuat keinginan untuk belajar di luar negeri semakin kuat. 

 Namun, semua tidak selalu mulus. Kepulangan saya ke kampus membuat dosen pembimbing, Bu Serly, marah karena menurut kalender pendidikan, kami tidak sedang libur. Beliau menegur saya dan meminta fokus penuh pada PL dan skripsi karena itu tahun terakhir saya. Meski ingin membela diri, akhirnya saya memilih diam untuk menghormati beliau. Namun, Tuhan selalu punya cara unik untuk menjawab impian kita. Sore itu, saat kampus mulai sepi, tiba-tiba seorang dosen dari dekanat masuk dan meminta nama mahasiswa untuk ikut program pertukaran pelajar ke Filipina. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengajukan diri! Bu Serly ragu, tapi karena PL saya di Montessori berbasis bahasa Inggris, beliau yakin saya bisa. Dengan cepat saya pun berangkat tanpa seleksi lagi! Itu menjadi momen pertama kalinya saya naik pesawat dan bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai negara. 

Setelah pengalaman ini, tekad saya untuk melanjutkan S2 di luar negeri makin membara. Sepulang dari Filipina, saya mulai belajar bahasa Turki. Saya belajar dari e-book, video YouTube, hingga kelas gratis yang diadakan oleh mahasiswa Turki. Saya juga bertemu seorang teman yang belajar bahasa Turki secara otodidak. Kami kemudian membuka kelas bahasa Turki online dan berhasil mengumpulkan lebih dari 100 siswa dari berbagai daerah di Indonesia dan Turki. Luar biasa rasanya bisa berbagi! Akhirnya, di akhir 2018, saya resmi diwisuda, dan awal 2019 saya siap mendaftar beasiswa Turki. 

Sempat ada keraguan karena pengumuman hasil beasiswa membutuhkan waktu cukup lama, jadi saya juga mendaftar di sebuah universitas di Yogyakarta dan bahkan sudah membayar SPP. Namun, Tuhan kembali menuntun saya. Tidak lama setelah itu, saya mendapat kabar diterima sebagai penerima beasiswa Turki! Uang SPP memang tak bisa kembali, tapi itu harga kecil untuk mimpi yang akhirnya terwujud. Pengalaman ini mengajarkan bahwa ketika kita punya mimpi besar, Tuhan tidak pernah menutup jalan. Terkadang, jalannya berliku dan jauh dari dugaan, tapi percayalah – selama kita terus berusaha, Tuhan akan membukakan jalan di waktu yang tepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Guru di Turki: Pengalaman Mengharukan Sebagai Guru di Turki

Rencanakan Masa Depanmu (Impian sang anak pungut yang mengembara hingga ke Turki)

#1 First meeting teman online setelah 3 tahun (petualangan mengejar bus, sampai kaki terkilir)