Tuesday, November 24, 2020

#1 First meeting teman online setelah 3 tahun (petualangan mengejar bus, sampai kaki terkilir)

Istanbul, siapa sih yang gak tau Istanbul ? Iya sebelum memiliki cita-cita untuk kuliah di Turki, saya kepengen banget jalan-jalan ke Turki, khususnya Istanbul. Pas berangkat ke Turki kita memang transit di Istanbul, tapi waktu transitnya nggak panjang. jadi setelah sampai di bandara Istanbul, saya langsung melakukan check-in menuju Adana. Jadi kita nggak sempat melihat keindahan Istanbul.


Pada liburan musim dingin, aku bertekad ingin pergi ke Istanbul. Usut punya usut, aku pun mengajak salah satu temanku yang tinggal di Mersin (vini namanya), 1 jam dari Adana. Karena ini pertama kalinya kita melakukan perjalanan ke luar kota, kita ke pengennya satu bus berdua. Kita coba booking tiket untuk temanku dulu, di tiket tersebut bus yang ia tumpangi akan berangkat dari Mersin jam 7 sampai di Adana jam 9 malam. Akupun membuka kembali aplikasi untuk membeli tiket untukku sendiri. Dengan merek bus yang sama, aku mengambil bus dengan keberangkatan jam 7. saat dilihat rute keberangkatannya bus ini berangkat dari mersin, dalam pikiranku ini adalah bus yang sama yang akan ditumpangi oleh temanku. Tanpa pikir panjang aku pun membooking tiket untuk bus ini.

Pada hari keberangkatan, saat makan malam seorang pria menelponku dan mengatakan bahwa bus yang aku tumpangi akan segera berangkat. Aku bingung bukannya bus ini berangkat dari Mersin, dengan bahasa Turki yang tidak terlalu bagus aku menjelaskan kepada pria tersebut bahwa sekarang aku sedang makan malam dan jarak dari asrama ke stasiun adalah 1 jam. Pria tersebut mengatakan bahwa mereka tidak bisa menungguku, dan bus akan berangkat dalam waktu 10 menit. Dia pun mengatakan akan ada bus berikutnya pada jam 9 malam, jika aku mau aku bisa pergi menggunakan bus tersebut. 
Akupun terburu-buru dan menyelesaikan makan malamku, aku berlari menuju kamarku dan mengambil tasku, lalu menuju stasiun bus tersebut. Bus kota yang aku tumpangi berhenti agak jauh dari stasiun bus tersebut, sekitar 200 meter aku harus berjalan kaki. Dengan tergopoh-gopoh dengan ransel penuh berisi pakaian, tiba-tiba kakiku menjadi tidak seimbang dan terjatuh (ahahhahah memang sering begitu). Aku bangkit lagi dan  lalu lari menuju stasiun bus tersebut. Saat sampai di sana si pria sudah menungguku, dia meminta aku untuk membayar lagi, aku bingung harusnya gratis karena aku ketinggalan bus dan aku sudah membayarnya sebelumnya. kata pria tersebut itu bukan tanggung jawab mereka keterlambatan ku adalah karena aku sendiri, (ya tidak tahu juga sih mungkin karena aku orang asing). Karena memang aku harus pergi ke Istanbul akhirnya aku meminta diskon kepada pria tersebut dan menunjukkan kartu mahasiswa (enaknya di Turki kalau kita pelajar di mana-mana kita akan mendapatkan diskon, di toko baju, di pasar buah, pokoknya di tempat yang bisa ditawar itu kita bisa dapat diskon deh, terkadang juga ada promo di mal-mal besar untuk pelajar, bahkan berlangganan YouTube dan aplikasi lainnya juga ada promo untuk pelajar. Beda dengan Indonesia di mana biasanya pelajar itu dari SD sampai SMA,setelah kita menjadi mahasiswa itu bukan belajar atau kita nggak dapat promo lagi). Pria tersebut akhirnya memberikan diskon sebesar 25%. Dan ia mempersilahkan aku duduk di dalam ruangannya, karena di luar dingin. Ruangannya tidak tertutup kok, kalian tahu kan ruangan penjual karcis itu ada kaca yang besar didepannya jadi kelihatan dari luar. Sambil menunggu pria tersebut memberikan secangkir teh (tradisi orang Turki ketika ada tamu selalu ada teh yang disajikan. tidak hanya bertamu ke rumah, tapi ketika kita belanja pun disebuah toko mereka juga akan memberikan kita teh gratis). 
Sempat berbicara sedikit dengan pria tersebut, dia meminta aku untuk menebak umurnya. Dia tampak muda namun rambutnya sudah ada ubannya (aku nggak tahu kenapa orang Turki masih muda tapi sudah uban, mungkin karena pengaruh mereka yang suka mengecat rambutnya), jadi aku bilang dia sekitar 40 tahun. Pria tersebut tertawa dan mengatakan bahwa dia masih 27 tahun Dan ia masih single (sebenarnya aku sudah mulai curiga) pria tersebut menyimpan nomorku. Mulai risih nih ahahahhaha, untungnya pria tersebut tidak pernah menghubungiku lagi setelah kejadian itu.

Akhirnya sekitar jam 10 malam bus yang akan aku tumpangi datang, benar saja di dalam bus tersebut tidak ada temanku. Dan akhirnya kita pergi ke Istanbul sendiri-sendiri (takut sih). Aku katakan kepada temanku aku bahwa ia akan sampai duluan di Istanbul, saat ia sampai di Istanbul maka aku memintanya untuk menghubungi salah satu temanku yang ada di Istanbul. Aku memberikan sebuah nomor hp kepadanya. aku menjelaskan bahwa aku juga tidak pernah bertemu dengan pemilik nomor tersebut. namun, kita sudah berteman baik dari dunia maya selama 3 tahun, jadi inilah pertemuan pertama kita di dunia nyata, dan kita akan tinggal di rumahnya selama kita berada di Istanbul, dan dia juga akan mengantarkan kita berkeliling Istanbul. Temanku sempat ragu, bagaimana bisa aku mempercayai orang yang belum pernah aku temui di dunia nyata. aku mengatakan bahwa aku yakin dia adalah orang baik. Akhirnya temanku mengiyakan. Aku juga memberitahu temanku yang ada di Istanbul bahwa aku akan sampai belakangan dan temanku akan sampai duluan. Ia mengatakan kabarkan saja 10 menit sebelum aku sampai di stasiun maka dia akan berangkat ke sana.

Bus yang aku tumpangi melaju, aku udah duduk di samping seorang wanita muda, yang usianya sepertinya sama seperti aku. Tidak banyak bicara karena mungkin dia takut aku tidak bisa berbahasa Turki (sebagian besar orang Turki tidak bisa bahasa Inggris). Jujur saja aku menikmati perjalanan selama di bus, karena jalannya yang lurus dan mulus. di daerah perbukitan mereka membuat terowongan untuk melaluinya nya, ini adalah sesuatu yang baru bagi saya. Biasanya di Indonesia perjalanan dari kerinci ke Padang yang yang tidak pernah saya sukai dengan menggunakan minibus, karena jalan berkelok-kelok, melalui perbukitan, belum lagi jalannya yang berlubang, membuat perut mulas tidak tertolong. Selama kuliah di Padang 4 tahun lamanya saya harus melalui jalan tersebut mau tidak mau suka tidak suka. 
Bus melaju dengan mulus dari stasiun Adana menuju stasiun Aksaray, salah satu kota yang terkenal dengan karpetnya di Turki, dan memiliki sebuah pemukiman dari masa perunggu awal. bus berhenti di sana sebentar dan menaikkan penumpang baru yang telah menunggu di stasiun tersebut. Perjalanan dilanjutkan menuju stasiun bus di ankara, ibukota Turki, kota metropolitan yang mempunyai tempat terkenal terkenal yaitu makam presiden pertama Turki "Ataturk"(Anitkabir). Sepanjang perjalanan salju turun sangat indah, seperti butir-butir salju. Di sepanjang jalan terlihat alat berat yang sedang bekerja membersihkan jalan dari salju, untuk memastikan bahwa bus bisa melaju dengan baik. 
Aku tertidur lelap dengan udara yang hangat di dalam bus, tidak tahu entah berapa kali bus berhenti sampai aku terbangun di sebuah restoran. Aku mencoba untuk keluar karena aku harus pergi ke toilet. namun saat aku cuma mencoba untuk bangkit dari kursiku, aku tidak bisa menggerakkan kakiku, terasa sangat sakit sekali. Aku teringat di mana aku terjatuh saat berlari menuju stasiun bus di Adana, tadinya tidak sakit sama sekali dan malah sekarang sangat sakit, dan ternyata efeknya baru sekarang. Aku terus mencoba dan tertatih menaiki anak tangga yang licin terkena hujan salju. mencoba memegang pegangan tangga tersebut, namun sangat dingin seperti es meskipun aku sudah memakai sarung tangan. Aku terus berusaha untuk menuju ke toilet, untungnya ada beberapa toilet duduk, karena aku tidak bisa menekukkan kakiku yang sakit. Salah satu hal yang juga aku sukai dari Turki adalah toiletnya yang sangat bersih dan tidak bau, kurang lebih seperti bandara di Indonesia yang selalu ada penjaga yang siap membersihkan kapan saja.
Aku kembali menuju bus, mencoba duduk dengan tenang dan melepas sepatu boot ku untuk mengurangi rasa sakit. Aku tertidur sepanjang jalan, sampai aku menyadari di pagi hari aku sudah sampai di Istanbul, pesan bertubi-tubi dari temanku "kamu sudah di mana"?. Aku pun mengirimkan lokasiku dengan menggunakan WhatsApp kepada temanku, ya kita tidak terpaut jauh, dan ia sampai di stasiun Istanbul bagian Eropa pertama kali. Tak lupa aku kabari kepada temanku orang Turki tersebut, bahwa aku sudah sampai di Istambul dan sebentar lagi akan sampai di stasiun di sebelah Eropa (Esenler otogari). Ada dua stasiun otobus di Istanbul, satunya berada di Asia dan satunya berada di Eropa.

Istanbul memang menakjubkan, di sebuah daerah disana mungkin kita akan melihat seperti kota kecil, dan dibagian lainnya ya yang sangat modern nuansa Eropa. Istanbul kota yang sangat padat terpadat di Turki, meskipun bukan ibu kota namun Istanbul adalah pusat ekonomi, dan pusat pariwisata di Turki, seluruh dunia juga tahu Hagia Sophia dan sejarah konstantinopel yang mendunia. Di kota lain mungkin menjadi orang asing adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, karena orang-orang baru melihat orang asing dan di mana-mana akan dimintai foto. Namun di Istanbul ada adalah hal yang biasa untuk melihat orang asing berkeliaran, karena memang padatnya wisatawan. 

Aku mengabarkan kepada temanku bahwa aku sudah sampai di stasiun bus, di saat yang bersamaan mereka juga telah menungguku. Pertama kali aku mencoba mencari temanku yang dari Mersin itu, karena kita naik bus dengan merek (eh bener nggak sih merk bus? Nyebutnya gimana ya? Pokoknya nama busnya sama gitu) yang sama, aku bisa langsung menemuinya ketika aku masuk ke dalam ruangan tunggu bus tersebut. Aku pun mengabari temanku orang Turki tersebut, ia mengatakan bahwa ia telah menunggu di depan ruang tunggu. Aku berjalan dengan tertatih menyeret kakiku yang sakit tadi. aku memanggilnya via video call WhatsApp, kulihat seorang gadis muda cantik berkulit putih mengenakan hijab berwarna gelap, di saat bersamaan aku melihat seorang wanita dengan jubah dingin hitam panjang berdiri di depan ruang tunggu, ya tempat lebih tinggi daripada aku, dan dengan tubuh yang kurusnya seperti aku. Ya itulah dia "Melik Zeynep" untuk pertama kalinya aku melihatnya di dunia nyata, ingin aku berlari dan memeluknya karena saking bahagianya. tapi kita agak canggung dan  hanya bersalaman untuk pertama kalinya. Ia sangat cantik, wajah putih bersih, mata indah, senyumnya mempesona, hidung mancung (keluarganya berasal dari laut Hitam yang terkenal dengan hidung yang sangat mancung, dan kulit yang sangat putih). 
Dia membantu kita membawa barang yang menuju stasiun kereta api (tren namanya). Cukup menggesekkan kartu dan kita sudah bisa masuk ke stasiun tersebut, kita tidak punya kartu jadi dia menggesekkan kartunya 3 kali. Untungnya perjalanan menuju ke ruang tunggu kereta api kita bisa menggunakan lift (ruang tunggunya ada di bawah tanah), terantisipasi lah kakiku yang sakit ini. Saat kereta datang kita langsung naik dan perjalanan tidak terlalu panjang menuju stasiun di dekat rumah temanku ini. 

Kita turun dari kereta, dan berjalan keluar stasiun menggunakan eskalator, lalu berjalan sekitar 10 menit ke rumah temanku. Temanku tinggal di sebuah apartemen 5 lantai yang isinya semuanya adalah keluarga nya (kebiasaan orang Turki seperti itu, karena lahan yang tidak banyak mereka biasanya membuat rumah bertingkat, di mana di setiap lantainya ditempati oleh satu keluarga). Ke rumah temanku sendiri berada di lantai 3, dan aku harus naik tangga dengan kaki ku yang sakit ini, terasa sangat sulit dan temanku membantuku untuk naik tangga. Saat sampai di pintu ibunya menyambutku, dan memarahi Zainab kenapa ia tidak membawakan tasku yang berat dengan keadaan kakiku yang sakit ini. Aku mengatakan bahwa aku ingin membawanya sendiri ini bukan salah Zainab. Ibu yang sangat baik, pas kami datang ibunya memeluk kami, mencium pipi kanan dan kiri (kebiasaan orang Turki memang seperti ini ketika menyambut tamu). Dia mempunyai seorang adik laki-laki yang sedang duduk di bangku SMP dan seorang adik perempuan yang masih di bangku TK. Adik laki-laki dan ayahnya mengungsi ke lantai atas dirumah neneknya untuk kenyamanan kami tinggal di rumah tersebut. ya rumahnya memang tidak besar, dari pintu Masuk Kita akan melihat lorong di tengah  yang memanjang dengan beberapa ruang disampingnya Yang diberi pintu, dimana di sebelah kanannya ada ruang tamu berukuran 3 * 3 m, kamar tidur orang tuanya berukuran 3x3 meter,shower room atau kamar mandi berukuran 2 * 3 m. Sebelah kirinya, ada dapur 2x2m, ruang tengah yang juga difungsikan untuk kamar anak2 berukuran agak besar 5*3m (diruang inilah tempat beristirahat kami disiapkan, dengan sebuah ranjang bertingkat, dan satu ranjang single berukuran 1*2 m. Dan diujung ruangan ada toilet jongkok berukuran 50cmx1m, dikamar mandi utama juga ada toilet duduk.    

Ibunya mempersilakan kami masuk keruang tamu sembari ia menyiapkan teh (tradisi lagi) dan sarapan pagi untuk kami. Ibunya membawakan kompres es batu dan memijat kakiku yang sakit tadi. Barulah aku bisa membuka kaos kaki dirunah zeyneb, melihat mata kakiku yang merah dan membengkak. Ibunya membungkus kakiku dengan kain putih dan es batu, lalu mempersilakan aku untuk beristirahat saja hari ini dan memulai tur kami keesokan harinya jika kakiku sudah tidak sakit lagi... Aku pergi keruang yang telah dipersiapkan untuk kita, dan mengambil tempat tidur bertingkat paling bawah, sedangkan temanku mengambil single bed hang tepat berada disebelah tempat tidurku. Sebelum aku terlelap, ayahnya zeynab pulang dan menanyakan alangkah baiknya jika aku dibawa ke dokter saja, karena ia khawatir kalau kakiku benar2 sakit. Aku menolak dengan lembut, alih-alih takut merepotkan kan aku mengatakan bahwa jika kakiku masih sakit sampai nanti malam, maka aku akan bersedia dibawa ke rumah sakit. 

Hari itu kita tidur seharian, karena perjalanan yang sangat melelahkan, dan juga untuk menenangkan kakiku yang sakit. Elif adiknya zeynab menghiburku dengan memberikan cake ini.... 

(Bersambung)




No comments:

Post a Comment